Aktivis
lingkungan Fossil Free Bandung mengelar aksi Jeda untuk Iklim pada Minggu
(22/09) di CFD Dago, Bandung (Dokumentasi
Penulis)
Bandung — Minggu pagi (22/09), ada yang berbeda di Dago pada hari bebas
kendaraan bermotor. Di saat semua perhatian masyarakat terfokuskan pada aksi
demonstrasi penolakan sejumlah Revisi Undang-Undang dan Rancangan Undang-Undang
(RUU) bermasalah atas nama keadilan rakyat, sejumlah aktvis lingkungan yang
mengatasnamakan berasal dari Fossil Free Bandung justru menyuarakan aspirasi
bagi keadilan iklim.
Aksi yang digelar sejak pagi sampai dengan hari bebas kendaraan bermotor
berakhir tersebut merupakan rangkaian acara dalam aksi solidaritas global Jeda
untuk Iklim. Sebelumnya, pada Jumat (20/09) telah digelar aksi serupa yang
merupakan bagian dari Climate Strike, sebuah
kampanye deklarasi status darurat iklim dan aksi nyata turun ke jalan yang
digelar serentak di seluruh dunia. Berbeda dengan aksi sebelumnya yang menggerakkan
massa untuk melakukan longmarch, aksi
yang digelar di Dago hanya menyampaikan orasi dan menampilkan sejumlah poster
kampanye. Lebih lanjut, aksi yang digelar oleh Fossil Free Bandung memfokuskan
pada upaya pemberian edukasi bagi masyarakat Bandung mengenai energi bersih dan
energi terbaharukan.
“Iya, kita di sini ingin masyarakat itu menyadari perubahan iklim yang
tengah terjadi. Kita juga memberikan edukasi ke masyarakat agar mempersiapkan
diri terlepas dari energi kotor menuju energi bersih dan energy terbaharukan,”
ujar Chandra (20), salah satu aktivis Fossil Free Bandung yang ditemui.
Selain merupakan bagian dari kampanye Climate Strike yang digagas oleh Greta Thunberg (16), aktivis
lingkungan muda asal Swedia, aksi yang digelar ini juga sebagai bentuk edukasi
dan empati terhadap peristiwa kebakaran
hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di beberapa provinsi di Indonesia.
“Aksi ini tentu sangat berkaitan
dengan karhutla yang sekarang terjadi ya, karena kita konsen terhadap climate
crisis yang salah satunya adalah deforestasi. Makanya kita juga ingin
menyosialisasikan kepada masyarakat bahwa perubahan iklim itu sangat penting,
termasuk deforestasi yang kini ada di Indonesia, dan sekarang sudah banyak
menimbulkan korban,” tegas Chandra.
Menurut Firdaus Muaziz (23) aktivis lingkungan lainnya, aksi yang
dilakukan oleh Fossil Free Bandung ini harapannya dapat membuat masyarakat
lebih memahami pentingnya perubahan iklim dan menyatakan status darurat iklim.
Lebih jauh lagi diharapkan bagi pemerintah ke depannya dapat mengurangi gas
emisi efek rumah kaca.
Aksi yang berlangsung sejak pagi tersebut diawali dengan orasi mengenai
keadaan Bumi sekarang yang kian memburuk dan status darurat iklim dengan
membawa beberapa poster kampanye. Fossil Free Bandung menyediakan sebuah spanduk
untuk ditandatangani oleh masyarakat sebagai bentuk partisipasi dan dukungan
dalam aksi Jeda untu Iklim.
“Bumi sudah makin tua kan, buktinya
sudah makin terasa panasnya. Saya sangat mendukung gerakan anak muda seperti
ini, isu lingkungan juga nggak kalah penting dengan isu - isu lainnya. Ini saya
juga ngajak anak ikutan, supaya dari kecil peduli sama lingkungan,” ujar
Dwi (35) saat ditemui di depan spanduk untuk memberikan tanda tangannya.
Dari pantauan langsung di lapangan, masyarakat turut mendukung aksi Jeda
untuk Iklim yang digelar oleh Fossil Free Bandung. Dari berbagai kalangan,
tidak hanya orang dewasa, sejumlah anak-anak turut serta berdiri memegangi
poster kampanye. (Rohaeni).
|
Komentar
Posting Komentar